Jumat, 11 November 2011

MELANKOLIS TUBUH WANITA


Dihadapku televisi Uzur  mati
terpancung diladang eksekusi
menunggu izroilb singgah mengih janji
membawa bara diusung pagi

Direnda mukamu ku temukan iklan
sungguh kacau hanya kepala terpenggal
Dan bersimbah kata-kata rayu
mengantar janji pada hari setengah mati

Dimulut terkunci kau bawa suri
pedang tak bermata memenggal mulut pendosa
jangan biarkan darah bersimbah dari luka kemarin
mengertilah hati hanya rayuan tak bertepi

di hari seluas jagat
ku mati memenggal diri
Seperti iklan di televisi
kau tersenyum dalam rayu

Sabtu, 23 Juli 2011

Sketsa Senja

:tentang seoarang anak

Hari dirapal mega-mega
bening memerah saga
tak mengerti sajak menenun mantra

aku hanya ingin menjadi laut
di gelimang senja dan gemintang cakrawala
biarkan aku berselimut badai dan garamnya
aku ingin membelahnya dalam riak dan gelombang

lepaskan tambatku biarkan layarku menari di belai angin
kan kususuri berjuta pernama
kan kurekam seribu senja

tak akan ku pulang sebelum
sauh tersampai,angin tergenggam,mimpi teraih
salamkan doa mu di tepi senja yang memudar

Dermaga di senja berkesudahan
kupergi melambai mimpi
dan menelan sajak yang hitam

2011

Setangkai Bunga Langit

:Mela R.A

ada bias di rona senja
setangkai bungamu yang terjatuh
bukan gugur atau patah
tapi merumpun dalam mekar

tumbuhlah disudut mata
berkaca langit di luas kata
tak akan kau temui segenggam makna
seindah mahkotamu tempo senja

jadilah permata di kerudung awan
menjelma lembar kata
yang berjatuhan dati mata benua
karum berperi pada kecipak
ikan yang menari salsa

kau mungkin tak mengenal embun
yang membasahi di pagi buta
tapi kenallah pada melati
putih berperi suci
di lembar langit dan laut saga

tak berkesudahan kelopakmu menari
di iring lembar angin dalam symfoni
jadilah mata air di tengah gelimang air mata
:Kau bunga di tepi senja

Narasi Sebuah Cermin

Kau yang sering datang padaku
menyimpul sebaris senyum
dan aku akan senantiasa membalas
ranummu yang terlelelap

aku bukanlah yang lain
melainkan masih kau yang sering mengeja
tentang remang-remang
dan soleteh riang kunang-kunang

kita adalah wujuud dan bayang
yang satu tak berjarak
dan selalu lindap dalam sunyi
yang bising di balik remang bulan juni

tapi kini kau tak sering datang dengan wajah itu
dengan wajah kunang kini datangmu
dan tak padaku kau bercermin
tapi pada cermin serupa pelangi

kau tahu kau bukanlah wujudku lagi
kau wujud cermin pelangi
kau lupa akulah bayangmu
yang tak mungkin berganti wujud

ketahuilah kau wujudku
disini bayangmu menunggu
meski dalam buram bias goresan debu

Mimpi Pagi Seorang Buta

Gelap tersimpan dalam kemelut kabut
adalah ketenangan sebuah mimpi
yang kalut dan mengores luka

ada yang nampak dari seorang dia
yang tersungkur di pagi
yang menggigil
ia hanya rindu mentari yang lembut
membelai kelopaknya

sangkur yang menetes dari biji matanya
selalu menggores riuh embun yang pula
mencabik,membadik,setiap longsongan harapan

tapi ia bukan kau yang gemar jatuh dalam lubang sama
ia akan terbangun dari tatih dan letih
menyongsong fajar yang gelap
dan mimpi yang tak pernah padam

Sketsa Pagi

:seorang calon Ayah
Dipagi yang wungu dan malu
si mungil terlahir untuk duka
menyanding bisu dan kecu peristiwa
seharusnya pagi tak melindap
dingin yang haus akan dipuja
ia seharusnya menjadi celoteh riang
seorang gadis yang sibuk mengeja waktu
tapi pagi selalu membawa kalut
rengekan dan riuh geraham dalam
orkestra majnun
dan selalu terselip segumpal merah dalam dada terbakar

deretan embun tak mungkin kembali
sebab kini  ia hanya meratap dan membisu
perjalanan pagi yang diderai dengan nafsu muda belia

saat dengan mata merah
ia congkrl seorang gadis dari garba ibunya
dan membunuh arti persekutuan suci seorang ayah

kini paginya luka
karena embun selalu olok-olok
tentang cerita ayah kepagian

Minggu, 17 Juli 2011

Terminal di Waktu Senja

Tak akan kau temui aku
di senja bersajak mega merah
saat ku temui beberapa busbus tua merapal doa
merapal dzikir yang sering mabuk
dan terlupa di balik bias otak kecil yang tergeletak tak bertuan

terminal ini seperti pemberhentian kalut
dan coreng moreng etalase bila berteriak
seperti kabar nun jauh
seperti lampu diskotok tua yang kehabisan nafsu

senja dingin, yak ku temui kau
pada siang yang sering merapal doa tentang rezeki
hanya kalut dan bentang malam yang siap menerkam

Kartu Pos di ujung pagi

Aku kirim kartu pos lewat malam setengah matang.
bergambar merpati yang bersanding dalam diam
jika sempat bacalah
segumpal debu dari negeri tak bernama puisi

ku tulis dilembar pertama
sajak tulip yang bergandengan dirapal sholawat dan nasehat
gemetar tanganku tak mampu menyanding pena yang kaku
bacalah sembari mengunyah malam yang berdebu

bacalah lembar kedua dengan gigil dan gemerutuk gigimu yang berseri itu
karena kutis kabar tentang padi yang malas menjadi nasi
begitulah disini padi lebih suka menjelma rumput bagi pedati

dilembar ketiga suratku, bacalah dengan amarah dan dada menggebu
karena di tempatku sedang musim merapal perut
kau tahu mereka lidah kami
mungkin karena lidah kami buntung
harus lewat mwrwka untuk bicara

mawar,lebaran ini aku inigin pulang
sebab malam disini sangat panjang
meski kami berteriak matahari selalu terlambat datang
ku tahu lembar yang nanar selalu kau terima setiap lebaran
tapi kali ini aku akan pulang tinggal nama

magelang,2011

Dalam Dekap Malam

Ku tunggu di batas waktu
tempat hujan saling bercumbu
dalam riang bola lampu
yang kau sedu bersama alunan kopi tua
beraroma mawar biru

dan kita akan menyulam malam
dalam dekap dan doa
merajut cinta dalam sunyi hati yang lindap

tak akan kubiarkan malam berlalu
karena kita menunggu mata mungil berjatuhan dalam gerimis
hingga dingin larut semakin mendekapkan sajakku untukmu

dalam dekap malam dibatas waktu
tempat menantimu dalam kindap dan secangkir kopi

Lagu Rindu Kepagian

Baru saja suuh berkokok
genderang ditalu hari baru di buka
embun masih sibuk berbaris pulang
kicau burung masih bersembunyi di tenggorokan

kau datang membawa luka
yang terbungkus kado ulang tahun
berbentuk cinta dengan ukiran hati
kau bilang ,ini lukamu kemarin
selamat atas kematianku

mentari di pelupuk matamu terbit
dn melelehkan sebutir es
aku tak mengerti sajak perempuan selalu abu-abu
     : Ini rinduku yang pernah kau curi

Skenario Makan Malam

Ada yang berubah di meja makan
apa ada salju di hidanganku?
kau begitu dingin
serupa monalisa di museum : tempo hari

mungkin sup ku tak sehangat pelukmu
ketika kata menjadi anank panah di kurusetra
kau buka palagan
haruskah aku menjelma srikandi
dan kau eyang bisma?

sekali lagi kau lecut genderang di telingaku yang memerah
tak kau lihat palagan telah banjir darah
tak kau lihat  mata air telah menjelma air mata
tak kau lihat aku yang mati dipucuk ragu

ah
kini meja itu tak seperti sewindu lalu
saat ku tikam kau dengan potret
     : Apa kita saling mengenal?

Jumat, 08 Juli 2011

Kidung Malam

Malam berteriak ditelingaku
"kawan ,lekaslah bunuh diri!"
sunyi lindap yang bernyanyi
masih mampu kau dengar teriakku

Kau gelap yang membawa pasung
yang kau pikul di bahu kiri dekat
belikat yag lekat oleh dzikir
"oh, mungkinkan dia malaikat ?,
hanya saja sedang tanggal sayapnya"

Masih ku ingat setiap malam yang beku
kau berdongeng tentang malaikat telanjang
yang lupa membawa sayap untuk mencabut nyawa
ku ingat lekat katamu di riuh embun itu
"Malaikat akan datang dengan wajah coreng serupa badut
dia akan melindap anak dan memasang pasung di bahunya"
ah, kau masih saja berceloteh akupun seperti hanya terkekeh-kekeh

tapi, kini hanya malam yang berorasi
menuduh kau pembohong
dia bilang "Malaikat itu berwajah seram serupa dutcman
dalam kartun kotak kuning"

aku tak percaya kau bohong
malaikat itu berwajah badut ,
seperti malaikat yang datang ditidurmu
tempo hari sebelum kau tak mau bernafas lagi
dan mulai memenggal dongengmu

aku tak percaya cerita malam
yang bising berteriak tentang keadilan
adil itu babi hutan yang lapar
atau keledai bunting yang kehausan
aku hanya percaya kau
dan dongeng malaikat yang telanjang

aku juga tak akan memdengar orasi malam
yang berdengung tentang kejujuran
yang ku tahu kejujuran itu
selai kacang yang bernyanyi di meja makan

sekali lagi aku hanya percaya kau
dan dongeng tentang sayap malaikat berwajah badut

Hanya saja , malam sekali ini benar
aku harus membunuh diri
sebab dongengmu juga telah terkubur
di pagi yang membuta

magelang,2011

Nyanyian Hujan

Ada tetes dalam mata air
Ada tetes dalam air mata

Kau mengerti hujan tak akan melukai
kecuali jejak basah yang kau tinggalkan
kala gerimis senja gulana

tetes demi tetes sajak terjatuh di pelimpahan
aku rasa itu mata air atau sekedar air mata yang menggenang

Aku paham jejak kaki yang tertinggal
adalah sisa tapak kai lacur
dan sering melupakan kabut

Ada tetes yang menetes dari mata air mata

Kamar 1001

Kamar bisu,lemari bisu,meja bisu

kunanti percakapanmu diapal waktu
dan kita meracik beberapa rindu

kau insomnia dan menabrak dentang jam di dinding
     :peduli apa kita tentang waktu?
ku bunuh bayang mu dengan peluhku

Erat dekap,langkah tegap,mata sigap

kunanti perdebatan tentang waktu saat kita mengja doa

kau Amnesia lalu menikam dentang jam di dinding
tak kuhirau semua tentang waktu
kau tikam tubuhku dengan peluh dan lenguh

kamar bernyanyi,lemari menari,meja berpuisi

Kunanti dirimu di hangat lekat kamarku

Arah Angin Utara

Taruhlah diri  diperbatasan waktu
kan ku nanti kau ditempat ku
dengan longsogan harapan tajam yang membatu

Aku nanti di jembatan itu
tempat ruh kita bertemu
memadu getir dan manis empedu

kan kusajikan madu
sebagai sajian sian kita yang bisu
dan ku rentangkan segenap rindu
tapi kau lebih suka mati dipelukanku
dan melupakan angin yang bernyanyi
aku hanya akan mengeja doa

kini dijembatan itu hanya ada susuh angin kosong
yang limbung dan melahirkan kunang-kunang

2011

Jumat, 17 Juni 2011

Potret

Ada dingin dibibirmu
mungkinkah itu kenangan
atau sekedar masa lalu

kau yang membawa sayu
pada purnama bulan juni
yang ku ulas pada malam terasing

kucoba meraih mata itu
dan kutulis sajak tentang malam
kupersembahkan sepi dinubuatmu

tapi kau ciptakan tubuh beku
dan yang menggenang di sudut mata
mungkin seseorang yang tertinggal

malam terbakar di tubuh beku
jiwa terasing di pertengahan bulan
dan lekat membawa duka

Sajak pertemuan

1
Dulu seseorang melahirkan ia yang melahirkanmu
yang gemar mengeja keindahan pagi
menghirup mimpi tentang lelaki
yang tak pernah ia akan berpaling

2
dulu pun ada seseorang yang mencintai wanita
yang telah melahirkan ia yang melahirkanmu
yang gemar mengeja sajak tentang sepi
hingga dari rusuk kirinya dipinjam Tuhan
lalu digantikan ia yang tak akan berpaling

3
tapi dulu juga ada ia yang membawa bujuk rayu dan benci
tak perlu aku sebut ia seseorang
tapi ia yang telah melahirkan kutukan pemisah
untuk lelaki dan wanita


4
Lelaki terpisah diufuk pagi
menjelma mentari yang berkelana membawa luka
dan seribu rindu

5
Wanita terpisah di senja kelana
menjelma sebutir embun
menunggu dan berlari di tepi waktu

6
doa tak putus tereja dari hati
lembah ,gunung,udara adalah saksi
malaikat  punya bukti
Tuhan pun menghapus dosa kenegeri azali

7
itulah kita yang tengah mengeja tentang pertemuan

Tersesat di Tanda baca

Apa itu dirimu
atau sekedar tanda baca yang menggantung?

malam masih berwarna matamu
dan beberapa kata berlompatan dan lari tunggang langgang
mungkin ada kalimat yang terlupa
atau mereka sibuk berpetak umpet

aku tersesat dipenggalan jeda yang heran
hanya titik dan petikmu yang menerangi
apa tak ada pelita di matamu?
karena di matamu masih berwarna mataku

mungkin itu dirimu yang sibuk mengeja
karena beberapa kata tangah bersunda manda
mungkin juga itu kata cintaku
yang tersesat di tenggorokan

Sajak Perjalanan

:pagi

Hari masih kalut
dan pagi masih membawa dingin yang maktub
kau lihat kenangan yang berlarian dari mataku
ia berwarna kuning kejinggaan
persis seperti matamu dulu

waktu sudah membawa tubuh lunglai
membagi pagi di beranda rumah yang kosong
hanya terlihat beberapa keping rinduku yang tercecer
mungkn itu juga rindumu yang pernah melayang
yang terbang bersama angin senja

ku ulangi perjalanan yang abu-abu
berisi padang fatamorgana yang menyilau
sesuatu terlahir dari mataku mungkin itu luka
atau sekedar jeda matahari yang kepayahan
karena membawa panas yang tak berkesudahan

Tuhan..
apa itu tikungan
lagi kau berwarna abu-abu
hari sudah tak pagi babi
kini jala mulai mengalir keberanda mata
lekaslah berjalan dan tinggalkan lenangan di belakang
biarkan ia menjadi luka yang tabu

Senin, 13 Juni 2011

Sebuah Prakata

:Tentang Sebuah Malam
malaikat membawa miciu,mungkin untuk bekal pengembaraan atau mungkin sekedar mencari jeda yang hilang ,karena tak seperti kemarau yang kemarin terjatuh ditubuhmu,hari ini aku temukan senyum dibibir manismu..

jangan kawatir mereka hanya lupa, karena beberapa sayapnya yang berhamburan diterpa angin senja, dan melahirkan beberapa serenada merdu nan mempesona,tepat seperti lagumu yang selalu kau senandungkan itu,

beberapa mata terdampar didingin yang sunyi, dan mata kita yang tak sempat menyapa semalam menari riang gembira, mungkin mereka tahu ,mereka akan segera berlayar dengan kita.

akan aku ejakan beberapa kata yang sepi tapi bernyanyi riuh gembira, karena akan ku bawakan sepenggal mata yang indah seperti matamu,karena ku tahu aku dan kamu memiliki kata-mata yang sama.

malam ini beberapa kata yang mati akan kuhidupkan lagi ,sebab disana kini tak hanya ada mataku dan  kata-kata yang terbunuh waktu, dan sebuah mentari kan hadir disitu membaca sajakku yang kadang berwarna merah kejinggaan.

kini kamu senjaku yang terkhir ,yang menemaniku dan malaikat itu berlayar mengarungi pengembaraan malam, jangan kawatir aku tak akan melukaimu,sebab aku hanya setetes embun yang menyejukkanmu.

Rabu, 08 Juni 2011

Perjalanan Matahari

pengulangan dari setiap perjamuan mata adalah kata suci, kemana arah pertengkaran mata yang beraroma miciu bila tidak ku muara hatimu. seperti lembara kata yang tadi terlintas parau,kini berbayang sepi bak hujan di tengah gurun pasir. kering , gersang, dan berbau anyir.

kita tak ubahnya pertengkaran dua mata itu, yang menjanjikan kebebasan hakiki, lewat pesona kalibar yang terjatuh di sudut bibirmu, masih bisa ku dengar suara kicau burung semesta bisikanmu, yang kadang menggenang di pelupuk mata, tegar,basah,dan kuyu.

mungkin kau gangga itu, yang di tepinya terlahir epik mahabarata dan ramayana.yang kau pujikan padaku. sebenarnya kita yang terlupa makna verbal mereka yang kadang terlintas didepan mata.gelap,temaram,dan sunyi.

seperti perjalanan matahari yang kadang terlelah oleh lembar kabut,kau kadang melupakan makna sinta dalam temaram tengah hari yang terik, bahwa kesetian adalah harga sebuah pertaruhan judi dan kematian, mungkin memiliki keteguhan hati yang sangat kepada sebutan kakanda yang mati akan subuh gelap.

matahari kadang sering tak jujur dan menceritakan pola yang berbalik-balik,apa kau menganggap Sri Rama selalu berlaku suci bak resi Durna yang sering berlaku buruk tapi menjadikan berkebaikan?. sebaiknya kau pahami lembar-lembar suhuf yang tercecer di lembah Indus dan terpelanting di tepian Bengawan.

dilembar terakhirku akan mata yang kadang buta, amatilah matamu akan pandawa yang mahagung dan kurawa yang memendam bara dalam hati...kita buktikan siapa yang sebenarnya Manusia.

sebab dilembarku nanti hanya akan tergambar matamu yang sayu.......

Rabu, 01 Juni 2011

Synfoni mata (wanita)

malam datang mengusik perjalanan lelaki, mata indah bulan merekah di pemberhentian,ada yang mengerti itu sebenarnya rasa yang tersimpan dalam alunan nada senja, yang kadang memancarkan nada la tapi lebih sering terdengar re yang merendah menjadi do pada sebuah oktaf terendah.
jika kau mengenal seriosa seperti bayi kau salah. sekali lagi kau salah karena sebenarnya nada-nada dalam seriosa itu matamu yang sering membuat jantung si lelaki berdetak lebih kencang. karena kaupun tahu teori dalam displin ilmu fisika menjelaskan bahwa ada dari serangkaian suara yang ada dibumi ini yang akan membuat hati seorang akan berdetak lebih kencang ,bahkan lebih kencang dari sebuah dentuman meriam bom atom selkalipun.

itulah matamu dan dentingan nada yang selalu keluar dari sudutnya.bagaimana rasanya tak perlu aku jelaskan yang terpenting adalah kau mengerti.mata yang sering menjadi belati dikala sebuah rindu yang berubah menjadi genderang yang bertalu.dan memberikan dorongan untuk segera memandang dan kembali mendengar symfony dari nada-nada yang tercipta dari matamu.

seperti malam yang lalu ,saat ini lelaki sedang memendam nada taerbesarnya, saat pertama ia mendengar symfoni itu iaterlupa hal terpenting dalam hidupnya. ia melupakan sebuah pertanyaaan yang seharusnya tercipta diantara kedua tang mereka tang memyatu. kenapa matanya mampu melantunkan nada yang begitu merdu?.lalu yang mengherankan lagi nada yang tecpta itu bisa membuatnya lupa rangakian symfoni dari Bethoven dan Mozart yang selalu ia dengarkan.

lelakiku tercenung ,ia ia terduduk ngungun sambil menyalahi dirinya sendiri,dan rembulan malam ini menynyikan sebuah synfoni lembut tentang sebuah balada yang terlupa oleh si lelakiku . karena Wanita dengan mata yang menciptakan symfoni tak perbah ada.

Minggu, 29 Mei 2011

Pesta Kata Diujung Pagi

serangkaian kata yang tercipta dibawah sebuah singasana adalah kita. kita yang berperi dalam perdabatan sarat makna tentang aku yang sibuk mengeja doa.yang kadang terlupa diantara mata-mata ku

hari ini lacur, dan kau mengemis pada bumi.tentang singgasana yang terjatuh diufuk pagi. lalu memotong siluet tentang kabut.dan senja tiba-tiba terperangah lalu terduduk ngungun.

pada pagi yang berabau kemenyan dan doa yang berbaur terdengar tetes embunmu terjatuh. terpelanting dan terperosok dalam subuah bianglala kosong.yang riuh berputar mengelilingi magribmu yang mulai menua.

dirimu dan kata yang terangkai adalah hidup. tentang kesucian Zeus dewa dari segala dewa . yang tak pernah mau bersalah-salah kata.dan tak ingin dipersalahkan kata.

kata-katamu menjadi buih . menjadi serangkaian tong-tong samapah berbunyi nyaring.dan aku yang kau turutkan berbaur dalam pesta pagi yang sibuk.

hari nantipun lelah.dan kau terkurung dalam semesta kata. dan aku mulai gemar membunuh diri....

Rabu, 18 Mei 2011

Pengertian Kabut


ada yang membantah tetang pertengkaran, seorang buta tentu sadar akan kemana angin membawa perjalanannya, tak berhenti dimuka jendela yang berkabut, apalagi menyulut sigeret sebagai penghangat mimpi, mata tak lagi sadar akan asap yang terus bernyanyi di ruang hampa.

jika sempat datanglah kerumahku, disana akan kusediakan kenangan , mungkin berbentuk mozaik ,puzzle,atau mungkin kepingan yang berantakan, kabut juga akan terlibat dalam pergumulan aku-kamu yang renyah.meskipun tak ditemani secangkir kopi .

mungkin kita terlupa akan kabut, yang membawa manis di ujung embun, kadang terangkai seperti mutiara di ujung lehermu,kita sebenarnya sudah lelah dengan perdebatan kata yang kadang membawa luka,

kadang mata kita mengalami pertempuran yang tak seimbang, derai embun kadang membohongi langkah kita yang membawa darah, seperti kabut yang riuh menebar asap

seperti ceritaku yang lalu , hujan kadang menyempitkan prjlan kita yang kering kerontang, sejenak sepertnya ku tutup lembar kabut hari ini untuk bekal penharapan siang ....

Selasa, 17 Mei 2011

CANDRA DEWI


:Teruntuk Perasaan yang Bersembunyi

Aku memulai mengeja pagi
Selembar kabut tipis yang bertaburan
Bebarapa embun menguap di tepian
Daun-daun berguguran
Diriuhnya kicau yang bersahutan

Aku mengenang matahari
Sebagai lembar kehidupan satu
Berurai tangis yang menguap di kalbu
Denting-denting beradu
Diriuhnya bumi yang terpaku

Pagi ada misteri ,dihening dan sepi
Seperti hatimu yang tertutup awan beku
Berlelah payah aku mencairkanmu
Bukalah pagi hatimu yang terkunci untukku
Agar mentari pagiku menghangatkan hatimu

Jangan bawa lukamu yang pilu untukku
Salju dihatimu akan ku cairkan dengan apiku
:Tetaplah kau pagi yang syahdu untukku

Aku merambahi senja nanti dengan hujan
Sebuah cinta kepada gelap
Lukisan hitamu yang terhias temaram keabadian
:hai lihat! Ada cinta dihatinya

Karanganyar-Jumapolo
2011

Selasa, 10 Mei 2011

RIWAYAT

kau terlahir diujung jalan
dan mulai merangkak saat berjalan
kita bertemu dijembatan yang berlorong sempit
lalu ku genggam erat tanganmu yang mulai dingin

lalu aku menemulanmu yang muali berjalan
meski tertatih dalam liuk-liuk disco jalanan
kau tetap mencoba berjalan memenuhi lorong-lorong sempit
akupun tetap mengikuti langkahmu
yang mulai mahir mengiasai dingin

kau tak selalu menjadi kabut di bagi buta
atau padabg fatamorgana disiang papa
kau menjadi lembar pelita
pencarian seorang aku yang memulai mengeja perjalanan sendiri
meski aku berjalan tertatih dalam lik disco jalanan

kini kia bersama,tapi kini aku yang mempunyai mimpi
kau berlari,berlari dengan gagah
menyambut cakrawala ditepian senja diujung jalan itu
dan berteriak dengan lantang untuk tetap atu jiwa denganku

02:40
04-05-2011

TAHAJUD

:Teruntuk pagi yang sepi

aku terbangun dalam sepi yang ngungun
lalu aku temukan dzikirmu
berserakan dilantai kamar tidur
dan doa-doa menguap dari sebelah mata yang berwarna aneh

Dalam sepi aku mengumpulkan
kepingan puzzle hidupmu yang ngungun
lalu bertasbih merangkai dzikirmu
yang terlupa di kala siang
dan mataku berliuk menarikan doa-doa aneh yang terus menguap

aku hanya ingin berjumpa
diraut pagi yang aneh
dengan dzikir yang berserakan
dan doa yang terus menguap

02:52
04-05-2011

Minggu, 01 Mei 2011

Perjalanan Sebuah Cerita

Aku ingin bercerita seperti para cerpenis lainnya yang sudah dulu bergaul dengan dunia ini .tapi, apa ya yang ingin aku ceritakan.ah akan bercerita tentang seorang puteri dan seorang pangeran ah itu terlalu kekanak-kanakan.
“heh Yud kamu sedang apa?”
“sedang menulis cerita apa kau tak melihat ”jawabku pada sumber suara tadi yang ternyata adalah ehm entahlah siapa dia.setiap kali ia selalu saja menggangguku
“kali ini kau mau bercerita tentang apa? Mau bercerita tentang putri dan pangeran lagi ah aku sudah bosan apa otakmu itu tidak bisa jalan “jawabnya
“kamu bicara apa? Diawal kan sudah ku bilang itu tak jadi ku tulis!”
“bagaimana kalau cerita tentang rasa keadilan di negeri antah berantah itu!
“itu juga aku tak suka,terlalu fantasi. dan sudah sering diceritakan oleh sibotak yang pandai membual itu”
“ehm bagaimana kalau cerita tentang para pencuri yang bahagia karena bisa  bergaya di negeri Eropa atau tentang para anak-anak remaja berpesta cinta?”
“ah itu membosankan , sudah banyak surat, kabar ,televise,atau mungkin yang lebih canggih internet, dan lagian si bisu telah menceritakan cerita itu berkali-kali  !
“ bagaimana kalau cerita tentang pembohong?”
"pembohong?!?!"
“ya pembohong ,munafik,Pendusta aku suka itu! ”

Selasa, 26 April 2011

DE JAVU


sudah berapa lama kita saling mengenal satu detikkah, satu menitkah,satu jamkah, satu harikah, satu minggukah, satu bulankah, satu tahunkah atau mungkin kita saling mengenal di kehidupan kita yang lalu? sejenak lalu aku berfikir ada banyak nama di" batok" kepala ku mengenai dikau, mungkin kah kita pernah saling mengenal atau hanya keetulah bertemu di mimipi saya?

sapertinya malam telah menabrak mata saya yang mulai samar-samar mengingat dikau, mungkin terlalu lelah melalui hari-hari yang berwarna-warni . kadang berwarna biru pekat, kadang berwarna abu-abu yang menyilaukan mata.

saya mulai mengingat sepertinya ini ulah ibu kita. saat mereka bertemu waktu masih saling mengenal mereka saling bertukar kado. aku dengar ibuku menghadiahi ibumu sepotong matahari dan ibumu membawakan sebongkah bulan. ah mereka memang usil dan aneh tentu si raja yang perkasa tak mungkin bersatu dimasa yang sama dengan dewi malam yang lemah lembut lagi mempesona jiwa,

ya, saya mulai ingat mungkin kita sedang mengalami de javu. saya pernah membacanya di internet. ketika senja yang buram membakar roti panggang yang disedakan ibu saya. mungkin benar juga kalau kita pernah berkenalan dimasa lalu. saat terjadi bintang jatuh di mata kita, dan beberapa bintang berceloteh tentang malam yang membuat mereka menangis,

yha kita memang pernah saling mengenal tapi entah kapan, saya ingat suasana yang tercipta di waktu itu, persis seperti sekarang ini, dibelakangku terdengar bianglala yang bernyanyi dan membuat mata saya menari disana, dibalik punggungmu beberapa mega mengintip sambil tertawa "cekikikan" saya ingat sekali susana ini.

tapi maafkan saya kita tidak bisa saling mengenal, kita hidup didua masa yang berbeda . dan jikalaupun kita memaksa saya hanya akan menjadi sebongkah bayi di mata dikau.

saya minta maaf dan terima kasih telah mendengar tangis saya. saya harus pulang kemasa saya sendiri......

Selasa, 05 April 2011

Pengembara Kabut

Hari ini kabut dan kau membawaku berjalan diatas awan
Lalu merangkai cerita perjalanan tentang senyum yang kita sumbangkan pada kabut
Pada awan yang menggilkan detak jantung dibawah tanah ku yang beku

Kita bersama menyusun cerita itu
Tepat ketika germis mencemburui kita dan kabut menahan mata kita
Untuk saling berpelukan :
Kita berhenti pada jembatan yang tertidur

Tak hanya kau tapi kita
Memberi warna pada dingin kaca jendela mobil
Dan senyum meledak ketika kabut juga mulai mencemburui mata kita yang lekat pada rangkaian mata itu.
Dan kita bergegas memasang hangat pada yang saling bertengkar

Kau tahu itu aku yang pertama memukul kabut Dan berkelahi dengan dingin ,
Lalu seseorang meminjam kulitku untuk tamengnya melawan dingin dan gerimis
Kita tahu itu tawa kita yang mencair dari kebekuan hari :
Dari jembatan kita menaiki awan

Tepat kita suara angin memanggil raga ,
Kitapun menyelesaikan pengmbaraan kita dengan kabut,
Dan memulai pengmbaraan sejati.


Cemoro sewu 30 -3-2011

Diantara Hujan

Aku ,hujan , dan tangismu adalah satu
Diam yang memukul lonceng dalam ketepatan jarak : nol

Aku bumi yang membawa tanah dalam sumsum tulang
yang terbakar oleh lautan yang membiru,
dan menciptakan langit disebelah langit Tuhan

Hujan itu nafas kita yang saling mengucap doa,
Ketika menginjak tubuhku yang menghitam
oleh arang bara yang memdingin

Tangismu rangkaian silsilah kau aku yang saling membunuh diri,
Dan aku yang menciptakannya
Seperti dalam keceriaan masa kanak-kanakmu

Aku , hujan, dan tangismu adalah satu
Diam yang membakar lonceng dlam ketepan jarak : nol

Cinta dan Sebuah Segitiga

Aku menyusunmu ketika dua busur bersatu
dalam lingkaran waktu yang terpaku .
Kaupun terdiam saat setiap rangkaianmu ku belah dengan manis.
Beberapa ranting terjatuh diheningmu yang memicu meriam ditengah malamku,

Aku mengenalnya ketika kedua tangan kita bersatu
dalam kehangatan hujan yang beku.
Akupun terdiam dalam waktu yang terbelah oleh desir kabut.
Dan beberapa kata terjatuh dai mulutku yang terbakar mega-mega ramah.

Aku merangkaimu dalam kesatuab wujud yang menggaris pilu.
Kita menyimpul tiga titik dalam kediaman yang mendarah padu.
Lalu beberapa busur saling berkejaran dala lingkaran waktu.

Aku mencintaimu dalam telaga nafas yang memburu.
Ketika sebuah sudut tercipta diantara kita dan membentangkan wajah kita.
Ia yang telah menusukku dengan busur dari lingkaran waktu dan menciptakan jarak .

Aku segitigamu yang terpasung dalam dua dimensi waktu.
Yang berarak dalam kediaman kabut yang merangkai kita.
Kemudian beberapa lonceng terjatuh di dua busur waktu yang saling menjauh.

Karanganyar,30-3-2011
15.45

Jumat, 21 Januari 2011

Malam Untuk Malaikat


Aku menulis sajak ini sambil menggambar malam,
Karena aku terlalu takut ,
Menggambar kata didinginmu yang terantuk beku,
Ketika tubuhmu terjatuh di keheningan ,
Dan mandi dengan buku-buku aneh,

Ini lembar terakhir yang kacau,
Sampul didepan mata terncam memudar dan berganti kulit,
Lalu terbang ketengah belantara hitam,
Aku masih diam, dan tubuhku terancam terbakar debu,
Jika lembar-lembar embun ini,
Berubah menjadi symfoni malam

Ini lelahku tumpah pada wajah malam,
Dan goresan hitam kan kuletakkan di hening ,
Kata-kataku membeku pada buku aneh itu.  

Sebuah Cinta Disekolah


Ta,
Tidurlah di pelupuk mataku ,
Aku akan membawa mimpi manis untukmu,
Lelapkan bahu itu di pelabuhan dadaku ,
Nyanyikan lingkaran mataku yang membiru,

Ta,
Jangan mengeja huruf disakuku,
Itu hanya doaku yang tersangkut oleh ranting mimpi,
Ia sering singgah disitu sambil mengeja namamu,

Ta,
Sekarang gerimis datang menjemput mimpimu,
Bangunlah tepati janjimu yang terbakar waktu,
Bawalah juga orisku yang bergambar matahari,
Untuk saksi di perapian malammu,

Kujawab , Janjiku Yang Parau.


-Hendrawan-

Jangan tanya aku tentang puisi,
Tanyalah tentang hujan yang berderai di kelopak mata,
Atau sinar yang jatuh di tepian kabut pagi,

Aku takkan mengerti puisi,
Meski kau menyuguhkan rimba malam yang berair parau,
Atau Gemintang hutan yang berwarna-warni disisihan sungai mati,

Tanyakan aku tentang angka-angka,
Yang berbaris dan berderet  di tepian jalan ,
Aku akan menjawab itu dengan melepaskan iris dimataku,

Berhentilah bertanya tentang puisi padaku’
Karena akan ku jawab dengan goresan angka-angka,
Sebagai secuil penasaranmu yang gerimis.

Selasa, 04 Januari 2011

Menunggu Pada Jalan Sunyi

Masih Jalan menikung ku daki
Aku tak tahu arah mana yang ku tuju
Mungkin jalan tak pernah memberi jawaban
Atau rambu-rambu hanya sebuah perhiasan

Jangan mengandung bau jalan raya yang berasap
karena ditepi sudutnya menggantung kenangan
jangan mengambil dunia ditanganku
karena aku hanya menunggu perjalananku berlalu

Aku asap dan debu disela-sela trotoar
yang membawa kabar bernama rindu untukmu
kau tak mau mengertikah tentangku?

bila bus-bus itu,tak lekas mulai berjalan
Aku kan menggantung wajahku dimuka kacanya
Dan lintasan doa-doa melintas ditelingaku
terbakar di udara yang membisu beku

kau tahu ini jalan yang sama yang kita daki
ketika serdadu-serdadu bernama hujan
menembakikan longsongan peluru panas
yang baru saja ditanak oleh para ibu diperapian

mataku menggantung ketepian jalan
dan raut wajahmu menggaris tajam
seperti petir yang baru saja menghentakkan genderangnya
membahana menghantam tiang-tiang beku

tubuhku terdiam,membatu dipersinggungan
pada jendela kaca berwarna matamu
aku berkata ini rindu terakhirku untukmu
:serdadu bernyanyi dimata beku

ketika para serdadu telah lelah menembaki waktu
kau akan mendengar mereka mereka terengah payah
peluru mereka berakhir ditubuh para pejalan
ditepi trotoar asing itu.

maka rinai bocah-bocah yang sedari tadi terdiam
terlelap dibalik mendung
akan berteriak riang mengambil matahari
untuk mereka tendang ketengah jalan menikung

ini detak nafas terakhir untukmu
sesuatu yang bernama rindu
telah melayang bersama deru mesin bus kota
yang akan membawa wajahku pulang