Tuhan, puisi itu membunuh sepiku yang ranum
menyesatkan canduku akan gelap yang rancu
menelantarkan kesendirianku akan waktu
Tuhan, puisi itu keasingan yang biru
menjejali huruf-huruf dan angka yang kacau
mematikan sumbu-sumbu arteri logika waktu
Tuhan, puisi itu hujan yang menelan tubuh kecu
memutuskan ramalan kelabu tentang mutu
menutupi sendi-sendi kelangkaan waktu
Tuhan, semoga kau dengarkan sajakku tantang malam