Selasa, 25 Juni 2013

PENEBUSAN



Senja hanyalah sekelumit doa yang bisu
Impuls-impuls orange yang menaburkan ketenangan
Tak ada camar yang sendiri meradang sepi
Induk – jantan berlari mengejari mentari di balik buni

Kita adalah peraduan malam dan siang yang menguning
Iringi melodi-melodi rindu akan kepulangan hati
Fatamorgana  semesta pada sosokmu yang mengabur dalam jemari
Tidakkah mentari menanyaimu esok hari
Inilah perjanjian bisu yang kita buat kepada laut dan senja dingin
Yang mengedarkan bendera matanya pada seluet yang semakin menghilang
Aku akan menjadi penebusanmu yang memutih
Hanya memutih, dan gelap yang mulai menyeruaki

PADA SEBUAH NAMA


Pada mendung yang mengeja nama
Rahasia alam yang mengukir sajak
Adakalanya angin menelisik menyaksikan kebisingan
Yoma putih berterbangan menyusupi bunga-bunga
Udara adalah kedekatan kau dengan wajah senja
Dari mana asalnya ketenangan yang rapuh
Aku akan menjadi waktu yang menutup segala mata 
-----

Malam adalah perpanjangan dari tubuh beku
Air yang menderas menyaksikan bulir-bulir embun
Waktu mengejakan serangkaian taklim-taklim kuno tentang pagi
Akankah angin menderakan kesunyiannya pada mentari?
Ratu semesta alam yang berlari sepanjang sahara hati

Rahasia demensi paling kotak dalam tubuh
Obrolan kakek tua , pengayuh sampan tentang  sebuah bahtera
Venus yang menjadikannya petunjuk subuh dikala terkantuk
Inilah sekelumit laut yang ku genggam dalam setangkup dada
Tunaikan subuhmu dalam liar dan semilir ke esaan
Aku akan menemanimu dalam semilir yang mengalun itu

Sampaikan pula pada laba-laba yang merajut benang-benang janji
Aku akan membawakan mahar serupa yoma yang suka menari
Riaslah pepohonan dengan semburat ratu semesta alam  yang mungil
Ikat dengan sekelumit doa, tentang pagi.