Kita bertemu dimusim yang ganjil, saat daun-daun bertahan pada dahannya,kemilau biru pekat menyelimuti awan pudar.
pertemuan kita menumbuhkan keganjilan,sepasang tali pengikat menggantung pada jemari kita.aku tak tahu apa kematian telah mengutuki kita.
Kita tak pernah tahu kapan dan dimana pertemuan itu mengganjil, seekor malam yang buas menelan kita bulat-bulat , meski raga kita telah berselimut dosa-dosa,: tetapkah kematian yang berujung?
pertemuan kita kian menjadi ganjil,saat mulutku berbusa ,berwarna darah biru. keliaran membabi buta di sela-sela nafas yang mengikis. dan wajahku mengulas rasa perih yang merona.
Akhirnya ini aku tak menyangka di pertemuan kita yang sangat ganjil. aku bertekuk kepak ,menyandingmu mengucap ikrar kematian . mungkin ini akhir muara dari keganjilan yang terlahir . : Tuhan inikah akhir pertemuanku?
NB: kematian = kebahagiaan
kra, 17 September 2010
Senin, 20 September 2010
Sejarah mimpi II
Aku ingin berlayar ke mimpimu,
Walau badai berkutbah menasehatiku
dan awan-awan bising menyorakiku
Aku ingin mengarungi lautmu,
Walau angin tak mendukung layarku
dan bintang-bintang memberi petunjuk untukku
Aku ingin membelah ombakmu,
walau hatimu memberontakku,
dan fikiran-fikiranmu tak menghendakiku
Aku ingin menaklukkan badaimu,
Walau ragamu menolakku
dan kata-katamu tak mengizinkanku
Aku ingin memiliki dirimu ,
walau sepasang mata mengintaiku
dan jari-jari waktu tegak menahanku
Walau badai berkutbah menasehatiku
dan awan-awan bising menyorakiku
Aku ingin mengarungi lautmu,
Walau angin tak mendukung layarku
dan bintang-bintang memberi petunjuk untukku
Aku ingin membelah ombakmu,
walau hatimu memberontakku,
dan fikiran-fikiranmu tak menghendakiku
Aku ingin menaklukkan badaimu,
Walau ragamu menolakku
dan kata-katamu tak mengizinkanku
Aku ingin memiliki dirimu ,
walau sepasang mata mengintaiku
dan jari-jari waktu tegak menahanku
Langganan:
Postingan (Atom)