Rabu, 08 Juni 2011

Perjalanan Matahari

pengulangan dari setiap perjamuan mata adalah kata suci, kemana arah pertengkaran mata yang beraroma miciu bila tidak ku muara hatimu. seperti lembara kata yang tadi terlintas parau,kini berbayang sepi bak hujan di tengah gurun pasir. kering , gersang, dan berbau anyir.

kita tak ubahnya pertengkaran dua mata itu, yang menjanjikan kebebasan hakiki, lewat pesona kalibar yang terjatuh di sudut bibirmu, masih bisa ku dengar suara kicau burung semesta bisikanmu, yang kadang menggenang di pelupuk mata, tegar,basah,dan kuyu.

mungkin kau gangga itu, yang di tepinya terlahir epik mahabarata dan ramayana.yang kau pujikan padaku. sebenarnya kita yang terlupa makna verbal mereka yang kadang terlintas didepan mata.gelap,temaram,dan sunyi.

seperti perjalanan matahari yang kadang terlelah oleh lembar kabut,kau kadang melupakan makna sinta dalam temaram tengah hari yang terik, bahwa kesetian adalah harga sebuah pertaruhan judi dan kematian, mungkin memiliki keteguhan hati yang sangat kepada sebutan kakanda yang mati akan subuh gelap.

matahari kadang sering tak jujur dan menceritakan pola yang berbalik-balik,apa kau menganggap Sri Rama selalu berlaku suci bak resi Durna yang sering berlaku buruk tapi menjadikan berkebaikan?. sebaiknya kau pahami lembar-lembar suhuf yang tercecer di lembah Indus dan terpelanting di tepian Bengawan.

dilembar terakhirku akan mata yang kadang buta, amatilah matamu akan pandawa yang mahagung dan kurawa yang memendam bara dalam hati...kita buktikan siapa yang sebenarnya Manusia.

sebab dilembarku nanti hanya akan tergambar matamu yang sayu.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar