Selasa, 04 Januari 2011

Menunggu Pada Jalan Sunyi

Masih Jalan menikung ku daki
Aku tak tahu arah mana yang ku tuju
Mungkin jalan tak pernah memberi jawaban
Atau rambu-rambu hanya sebuah perhiasan

Jangan mengandung bau jalan raya yang berasap
karena ditepi sudutnya menggantung kenangan
jangan mengambil dunia ditanganku
karena aku hanya menunggu perjalananku berlalu

Aku asap dan debu disela-sela trotoar
yang membawa kabar bernama rindu untukmu
kau tak mau mengertikah tentangku?

bila bus-bus itu,tak lekas mulai berjalan
Aku kan menggantung wajahku dimuka kacanya
Dan lintasan doa-doa melintas ditelingaku
terbakar di udara yang membisu beku

kau tahu ini jalan yang sama yang kita daki
ketika serdadu-serdadu bernama hujan
menembakikan longsongan peluru panas
yang baru saja ditanak oleh para ibu diperapian

mataku menggantung ketepian jalan
dan raut wajahmu menggaris tajam
seperti petir yang baru saja menghentakkan genderangnya
membahana menghantam tiang-tiang beku

tubuhku terdiam,membatu dipersinggungan
pada jendela kaca berwarna matamu
aku berkata ini rindu terakhirku untukmu
:serdadu bernyanyi dimata beku

ketika para serdadu telah lelah menembaki waktu
kau akan mendengar mereka mereka terengah payah
peluru mereka berakhir ditubuh para pejalan
ditepi trotoar asing itu.

maka rinai bocah-bocah yang sedari tadi terdiam
terlelap dibalik mendung
akan berteriak riang mengambil matahari
untuk mereka tendang ketengah jalan menikung

ini detak nafas terakhir untukmu
sesuatu yang bernama rindu
telah melayang bersama deru mesin bus kota
yang akan membawa wajahku pulang 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar