Sabtu, 23 Juli 2011

Sketsa Pagi

:seorang calon Ayah
Dipagi yang wungu dan malu
si mungil terlahir untuk duka
menyanding bisu dan kecu peristiwa
seharusnya pagi tak melindap
dingin yang haus akan dipuja
ia seharusnya menjadi celoteh riang
seorang gadis yang sibuk mengeja waktu
tapi pagi selalu membawa kalut
rengekan dan riuh geraham dalam
orkestra majnun
dan selalu terselip segumpal merah dalam dada terbakar

deretan embun tak mungkin kembali
sebab kini  ia hanya meratap dan membisu
perjalanan pagi yang diderai dengan nafsu muda belia

saat dengan mata merah
ia congkrl seorang gadis dari garba ibunya
dan membunuh arti persekutuan suci seorang ayah

kini paginya luka
karena embun selalu olok-olok
tentang cerita ayah kepagian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar