sudah
saatnya siang membunuh beberapa lembar kata. aku tengah di rundung
puruk tua . tak mampu berjalan tak mampu bicara . hanya mampu
mengundang tangis dan bara yang menggelora. lalu di mana kan ku temukan
cerah . sebutir embun yang menyejukkan pagi asing. mengudarakan
beberapa kata-kata.
sudah saatnya siang menghampirimu
dengan takjup yang menawan. bukan hanya sekedar kata rayu tak pernah
bertemu mata. bahkan tak mampu mengenali arah lagi.
sudah
saatnya siang tak menggerutu, tapi bagaimana tidak jika hati adalah
kebas dan mata tertutup marahku yang menggebu. padahal disana ada janji
yang tersemat pada luka-luka.
"kemana langkah yang harus ku tuju
jalan ini penuh persimpangan
memutar kata tak henti merayu
kata ini membunuh ragaku
berjalan menyinggung sepi
teruntuk janji yang kian tak pasti
memudar kata cinta
kemana langkah yang harus ku tuju
jalan ini penuh liku-liku
seperti kabut di hela pagi
memburamkan langlahku yang tertuju padamu"
aku suka puisi ini
BalasHapussama
Hapus